Mr White Hat, Kisah Hacker Mata Uang Kripto Terbesar Sepanjang Sejarah

hacker kripto

Hacker bisa hadir di mana saja, dan dalam bidang apa saja. Termasuk dalam aktivitas trading Cryptocurrency. Hingga kini, ada salah satu hacker mata uang Kripto yang mengklaim telah membobol aset dari platform mata uang Kripto ternama. Siapakah hacker yang dimaksud? Dan bagaimana bisa hacker tersebut melakukannya? 

Apalagi jika mengingat, Cryptocurrency dilengkapi dengan tingkat keamanan yang canggih, serta kode-kode rahasia yang terjamin keamanannya. Lalu bagaimana bisa, seorang hacker akhirnya bisa membobol sistem keamanan canggih tersebut? Untuk itu, yuk ikuti kisahnya dalam ulasan berikut ini!

Hacker Mata Uang Kripto, dan Pengertian dari Hacker

Hacker dalam bahasa Indonesia dikenal dengan peretas. Merupakan seorang yang ahli dalam komputer. Hanya saja, hacker biasanya memanfaatkan keterampilannya untuk mengakses dan meretas jaringan siber.

Meskipun tak semua yang dilakukan berhubungan dengan kejahatan, namun sebagian besar hacker memang melakukannya untuk hal-hal yang ilegal. Seperti pembobolan sejumlah aset bank, hingga aset investasi seperti Cryptocurrency ini.

Disisi lain, hacker juga sering melakukan upaya untuk meretas sistem keamanan, hingga privasi seseorang untuk melakukan pencurian informasi dan data. Untuk tujuan kejahatan, informasi/data yang dicuri tersebut biasanya akan digunakan sebagai upaya pemerasan, pengalihan dana, ataupun untuk dijual secara ilegal, ke pihak-pihak yang seharusnya tidak berhak untuk memilikinya.

Pada umumnya, hacker menggunakan kemampuannya dalam bidang komputer, jaringan, pemrograman, hingga perangkat keras, untuk melakukan kerusakan jaringan. Kemudian, mencuri data dan informasi, ataupun hanya sekedar mengganggu aktivitas yang terkait dalam proses penyimpanan data.

Begitu juga yang terjadi dalam Cryptocurrency. Hacker dalam mata uang Kripto ini akan melakukan perusakan jaringan dan menyusup ke sistem keamanan. Hingga akhirnya mendapatkan data/informasi mengenai aset Kripto. Langkah selanjutnya, tentu saja, mengacaukan penyimpanan data, serta membobol dana/aset yang dimiliki oleh beberapa trader.

Cara kerjanya terbilang cepat, sehingga kebanyakan trader tidak menyadari, bahwa asetnya telah dicuri. Belum lagi, jika ternyata, aset yang dicuri tersebut tidak hanya berasal dari 1 trader saja, namun juga lebih. Sehingga bisa dibayangkan, berapa aset Kripto yang berhasil dibobol oleh hacker dalam 1 waktu?

Hal itu mungkin hanya berlaku untuk 1 hacker saja. Namun bagaimana jika ternyata, ada banyak hacker dari mata uang Kripto yang melakukan hal yang sama, dan dalam 1 waktu? Berapa kerugian yang dialami oleh para trader, hingga imbasnya bagi platform, hingga mata uang digital itu sendiri?

Karena seperti diketahui, investasi dan jaringan keamanan yang mudah diakses hacker, hal ini akan berimbas bagi kredibilitas dari layanan investasi itu sendiri. Dimana para trader dan investor akan menganggap bahwa instrumen investasi ini tidak aman, dan tidak layak untuk dijadikan sebagai pilihan untuk berinvestasi. 

Jika hal itu sampai terjadi, maka bisa dibayangkan, bagaimana nasib mata uang Kripto untuk kedepannya, yang diakibatkan oleh hacker ini. Karena itu, sejumlah mata uang Kripto terus berupaya untuk meningkatkan sistem keamanannya, dalam mengatasi ulah dari para hacker ini. Meskipun memang, selalu ada saja hacker yang berhasil menembus sistem keamanan tersebut. Seperti yang baru-baru ini terjadi.

Siapa Hacker yang Berhasil Membobol Aset Cryptocurrency? 

Baru-baru ini publik tengah dihebohkan dengan seorang hacker yang mengklaim telah membobol aset mata uang digital dari sebuah platform Cryptocurrency yang bernama Poly Network. Tak tanggung-tanggung, hacker yang menjuluki dirinya sebagai Mr White Hat ini, diklaim telah melakukan peretasan 3 aset Kripto senilai 8,8 triliun rupiah.

Ke-3 aset Kripto yang dimaksud yaitu Binance, Ethereum dan juga Polygon. Poly Network sendiri merupakan salah satu platform Cryptocurrency, yang merupakan gabungan dari 3 platform. Diantaranya Neo, Swhicheo dan juga Ontology. 

Platform ini menggunakan sistem DeFi (decentralization Finance), yaitu sistem keuangan yang terdesentralisasi. Meskipun sistem DeFi ini terbilang canggih, dengan tingkat keamanan yang cukup tinggi. Namun sistem DeFi ini masih memiliki celah keamanan. 

Hal inilah yang dimanfaatkan oleh si  hacker untuk menembus keamanan platform tersebut. Tentunya, dengan mengandalkan celah pada sistem keamanan DeFi yang dipergunakan oleh platform Cryptocurrency Poly Network ini.

Satu hal yang dilakukannya, yaitu dengan mentransfer aset Kripto melalui celah tersebut, hingga akhirnya bisa terkirim ke wallet Kripto yang dimilikinya. Bisa dibilang, kasus peretasan ini merupakan peretasan terbesar sepanjang sejarah. Meskipun sebelumnya, hacker lainnya pernah melakukan hal yang sama. Namun dengan jumlah kerugian yang tidak lebih besar dari kasus peretasan Poly Network ini.

Dimana pada tahun 2018 yang lalu, platform Cryptocurrency asal Jepang yang bernama Coincheck, mengaku telah kehilangan asetnya hingga USD 548 juta, akibat ulah dari hacker mata uang Kripto. Meskipun demikian, kasus tersebut tidak lebih besar dari yang terjadi pada Poly Network baru-baru ini. 

Mr White Hat, Hacker Dibalik Kerugian 3 Aset Kripto Poly Network 

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, seseorang yang mengaku sebagai Mr White Hat, telah mengakui bahwa dirinyalah yang bertanggung jawab terhadap insiden pencurian 3 aset mata uang Kripto yang berasal dari Poly Network. 

Kerugian yang dialami oleh salah satu platform Cryptocurrency asal Amerika Serikat tersebut, berjumlah sekitar 8,8 triliun. Mr White Hat menggunakan celah yang ada pada sistem keamanan Poly Network, untuk mentransfer sejumlah aset ke wallet pribadinya.

Tak banyak yang tahu, apa sebenarnya motif di balik aksi peretasan tersebut. Karena tak lama setelah insiden tersebut, pihak Poly Network menerima pesan dari orang yang mengaku hacker tersebut, untuk mengembalikan aset curiannya tersebut.

Dalam menanggapi hal ini, Poly Network memberikan ultimatum pada Mr White Hat tersebut untuk mengembalikan aset dari 3 mata uang digital yang telah dicuri. Bagaimana selanjutnya? Apakah hacker tersebut menyanggupi hal itu?

Tak disangka, hacker yang dikenal dengan Mr White Hat tersebut melakukan transfer dana sekitar USD 342 juta, atau sekitar 4,9 triliun rupiah. Sementara sisanya, dijanjikan akan diberikan dalam beberapa waktu ke depan.

Poly Network sendiri merasa bahwa Mr White Hat memang memiliki itikad baik untuk mengembalikan dana yang dicurinya. Bahkan tak lama, setelah proses transfer pertama dilakukan, Mr White Hat juga melakukan transfer dana yang kedua, senilai USD 268 juta, atau sekitar 3,8 milyar.

Hacker tersebut hanya mengambil token mata uang Kripto senilai USD 33 juta dollar saja, atau sekitar 475 milyar, jika dalam mata uang rupiah. Hanya saja, untuk transfer yang kedua ini, dana yang ditransfer tidak bisa dicairkan oleh Poly Network.

Diduga, password yang semula dibuat Poly Network, telah diubah oleh sang hacker. Sehingga tidak ada seorang pun yang mengetahuinya, selain hacker itu sendiri. Meskipun memang bisa dicairkan, proses pencairan tersebut memerlukan konfirmasi dari Poly Network, bersamaan dengan konfirmasi dari hacker, si Mr White Hat.

Secara tidak langsung, si hacker memang telah memiliki niat untuk membekukan aset tersebut. Tak jelas, apa motif yang telah direncanakan oleh si hacker. Jika menginginkan uang, tentunya, si hacker tidak akan mengembalikan dana yang dicurinya. Namun jika memang si hacker telah memiliki niat untuk mengembalikannya, maka tak mungkin sisa aset yang dicurinya, kemudian dibekukannya.

Ataukah aksi peretasan ini dilakukan untuk mempermainkan Poly Network dan juga mengacaukan sistem Cryptocurrency? Entahlah, yang jelas, kisah hacker tersebut kini menjadi pembicaraan hangat di kalangan trader Kripto, dan juga dunia.

Apa yang Dilakukan Poly Network dalam Menanggapi Kasus Mr White Hat?

Setelah Mr White Hat mengembalikan sebagian asetnya, kemudian membekukan sisanya. Setidaknya Poly Network mulai menyadari bahwa sang hacker telah mempermainkannya. Meskipun demikian, alih-alih melaporkannya ke jalur hukum, Poly Network justru memberikan penawaran menarik bagi si hacker yang menjuluki dirinya sebagai Mr White Hat tersebut.

Apa saja tawaran yang dimaksud? Poly Network menawari posisi sebagai penasihat keamanan dari perusahaan tersebut. Dengan dalih, bahwa tawaran tersebut diberikan, karena si hacker telah mengembalikan aset yang dicurinya tersebut. Meskipun hanya sebagian.

Namun sebagian pihak berpendapat, bahwa tawaran tersebut hanyalah sebagai upaya agar si Mr White Hat tersebut mau memulihkan aset yang telah dibekukannya. Hal ini serupa dengan tawaran lainnya yang diberikan oleh Poly Network, beberapa saat setelah tawaran pertama diberikan.

Tawaran tersebut berupa pemberian dana sekitar USD 500 ribu, atau sekitar 700 milyar rupiah, jika Mr White Hat mau memulihkan seluruh aset yang dicurinya. Namun sejauh ini, belum ada konfirmasi dari si hacker, apakah dirinya menerima tawaran tersebut ataukah tidak.

Dari kisah hacker mata uang Kripto diatas, bisa ditarik kesimpulan, bahwa peran dari hacker jangan pernah dianggap sepele. Meskipun mungkin, tingkat keamanan yang dibuat telah dilakukan dengan sistem yang tercanggih sekalipun, maka selama ada celah diantara sistem keamanan tersebut. 

Maka bisa saja, hal tersebut dijadikan sebagai peluang bagi hacker untuk melakukan penyusupan, hingga melakukan pembobolan aset Kripto. Karena itu, setiap platform Cryptocurrency, hendaknya selalu waspada, terhadap upaya dari para hacker ini, untuk mencoba meretas sistem keamanan yang ada.